MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE JIGSAW
- Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan teman teman di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971
sampai 1978. Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik
kelas yang sangat heterogen dari segi latar belakang sosial. Berikut
adalah petunjuk singkatnya yang dipetik langsung dari http://www.jigsaw.org (tanggal akses 3
Februari 2012) yang di translat oleh http://translate.google.co.id
(tanggal akses 3 Februari 2012).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34). Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok
berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan
kepada kelompok asal.
Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil
kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia
akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut kemudian
dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga
mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang
terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi karena memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap
siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.
Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw adalah diawali dengan
pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke
kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di
kelompok ahli kemudian kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang
sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang
sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling
berbagi menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.
Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi
ketergantungan positif dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar
anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan
bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat
rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab
permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat setiap
komponen pembelajaran berkolaborasi secara interaktif. Tantangan yang
motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan siswa
meningkat.
- Langkah-langkah model pembelajaran tipe jigsaw
Berikut langkah-langkah model
classrom jigsaw terdiri dari : 1). Membagi siswa menjadi 6 kelompok jigsaw.
Kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis, ras, dan kemampuan. 2).
Menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok sebagai pemimpin. Awalnya, orang
ini harus menjadi siswa yang paling matang dalam kelompok. 3). Membagi
pelajaran hari itu menjadi beberapa
bagian. 4). Tugaskan setiap siswa
untuk belajar satu bagian, memastikan siswa memiliki akses langsung hanya untuk
bagian mereka sendiri. 5). Berikan siswa waktu untuk membaca lebih bagian
mereka setidaknya dua kali dan menjadi akrab dengannya. Tidak perlu bagi mereka
untuk menghafalkannya. 6). Membentuk "kelompok ahli"
dengan memilih salah satu siswa dari setiap kelompok jigsaw bergabung siswa
yang berbeda di bagian yang sama. Beri siswa dalam kelompok ahli waktu untuk
mendiskusikan poin-poin utama dari bagian mereka. 7). Bawa para siswa
kembali ke kelompok asal. Mintalah setiap siswa untuk mempresentasikannya atau
menjelaskan untuk kelompok asal. Mendorong anggota kelompok lain dalam kelompok
untuk mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. 8). Pemimpin kelompok
dapat campur tangan dalam mengendalikan jalannya diskusi agar tetap tertib
sehingga tujuan tercapai. 9). Pada akhir sesi, memberikan kuis pada
materi sehingga siswa dengan cepat menyadari bahwa sesi ini tidak hanya menyenangkan
dan permainan tapi benar-benar dihitung.
Selanjutnya model tersebut dikembangkan menjadi model pembelajaran
jigsaw tipe II yang dikembangkan oleh Slavin. Langkah-langkah pembelajaran
jigsaw tipe II adalah sebagai berikut :
1.
Orientasi
Pendidik menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Sebelum pembelajaran dimulai
sebelumnya siswa sudah ditugaskan membaca materi pelajaran di rumah. Sehingga
di sekolah melalui kelompok ahli siswa akan lebih memantapkan lagi dengan
memperdalam setiap bagian materi yang akan dipelajari. Penjelasan awal kepada
siswa tentang pola kegiatan model pembelajaran jigsaw tipe II akan sangat membantu untuk memperlancar proses
kegiatan.
- Pengelompokan
Sebelum dikelompokkan siswa
di-rangking berdasarkan hasil
kemampuan matematikanya. Di kelas IV/B dengan jumlah siswanya adalah 47 orang.
Selanjutnya di rangking menjadi 6 peringkat berdasarkan nilai evaluasi pada
kegiatan pra siklus.
(a)
Pembentukan kelompok awal
Pengelompokan dilakukan
berdasarkan indeks prestasi siswa yang diberi indeks 1- 6. Pengelompokan ini
dinamakan grup dimana tiap grup akan berisi :
(1) Grup A
{A1, A2, A3, A4, A5, A6}
(2) Grup B
{B1, B2, B3, B4, B5, B6}
(3) Grup C
{C1, C2, C3, C4, C5, C6}
(4) Grup D
{D1, D2, D3, D4, D5, D6}
(5) Grup E
{E1, E2, E3, E4, E5, E6 }
(6) Grup F
{F1, F2, F3, F4, F5, F6, }
(7) Grup G
{G1, G2, G3, G4, G5, G6 }
(8) Grup H
{H1, H2. H3, H4, H5, H6 }
(b)
Pembentukan kelompok ahli
Selanjutnya grup itu
dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan kita berikan
dan dibina supaya menjadi ahli (expert).
(1) Kelompok
1 { A1, B1, C1, D1, E1, F1, G1, H1}
(2) Kelompok
2 { A2, B2. C2, D2 E2, F2, G2, H2}
(3) Kelompok
3 {A3, B3, C3, D3, E3, F3, G3, F3 }
(4) Kelompok
4 {A4, B4, C4, D4, E4, F4, G4, H4 }
(5) Kelompok
5 {A5, B5, C5, D5, E5, F5, G5, H5 }
(6) Kelompok
6 {A6, B6, C6, D6, E6, F6, G6, H6 }
Berikut bagan
pembentukan dan distribusi kelompok asal dan ahli
Gambar 1. Bagan
pembentukan kelompok asal dan ahli
Sistematika program
perengkingan terlampir .
- Pembinaan kelompok expert
Tiap kelompok diberikan
konsep matematika sesuai dengan kemampuannya. Dalam kegiatan penelitian ini KD
6.3 tentang penjumlahan pecahan dan 6.4 tentang pengurangan pecahan materinya
dipilah menjadi beberapa bagian. Pemilahan tersebut mempertimbangkan
karakteristik materi pelajaran yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui 4 (empat) empat kali pertemuan.
Berikut pendistribusian materi pelajaran berdasarkan siklus, pertemuan dan
kelompok ahli yang akan membahasnya.
(a)
Siklus I pertemuan I
(1) Kelompok
I dan II membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan biasa dalam soal cerita
(2) Kelompok
III dan IV membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan biasa berpenyebut
tidak sama
(3) Kelompok
V dan VI membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama
(b) Siklus I
pertemuan II
(1) Kelompok
I dan II membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan campuran dalam soal
cerita
(2) Kelompok
III dan IV membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan campuran berpenyebut
tidak sama
(3) Kelompok
V dan VI membahas tentang persoalan penjumlahan pecahan campuran berpenyebut
sama
(c)
Siklus II pertemuan I
(1) Kelompok
I dan II membahas tentang persoalan pengurangan pecahan biasa dalam soal cerita
(2) Kelompok
III dan IV membahas tentang persoalan pengurangan pecahan biasa berpenyebut
tidak sama
(3) Kelompok
V dan VI membahas tentang persoalan pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama
(d) Siklus
II pertemuan II
(1) Kelompok
I dan II membahas tentang persoalan pengurangan pecahan campuran dalam soal
cerita
(2) Kelompok
III dan IV membahas tentang persoalan pengurangan pecahan campuran berpenyebut
tidak sama
(3) Kelompok
V dan VI membahas tentang persoalan pengurangan pecahan campuran berpenyebut
sama
Dalam kelompok ahli guru
memberikan permasalahan pada masing-masing kelompok sebanyak 6 permasalahan.
Dimana setiap kelompok ahli berkewajiban menyelesaikan setengah permasalahan
saja selebihnya di bawa ke kelompok asal untuk dibawa ke kelompok asal untuk di
bahas bersama.
- Diskusi
Setelah kelompok ahli
memahami materi yang dipelajari, maka kelompok ahli kembali ke grup masing
–masing. Setiap orang dalam grup memiliki keahlian masing-masing dan
bertanggung jawab untuk berbagi pengetahuan dengan teman-temannya dalam grup
tersebut. Dalam penelitian tindakan kelas ini setiap kelompok ahli telah
membahas setengah permasalahan pembinaan kelompok ahli di atas. Sisa
permasalahan yang belum selesai akan diselesaikan bersama kelompok asal. Dimana
pada saat tersebut setiap ahli dapat menjelaskan pengetahuannya masing-masing
untuk dipresentasikan dan berbagi dengan rekannya di kelompok asal yang juga
menjadi ahli di bidang lain.
- Penilaian
Pada fase ini guru
memberikan tes tulis untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
yang sudah dipelajari. Dalam fase ini tidak diperkenankan untuk bekerjasama.
Kegiatan ini direncanakan dilakukan setiap kali mengakhiri pertemuan
pembelajaran. Dimana dalam setiap pertemuan diberikan soal atau masalah pada
setiap KD, dengan tingkat kesulitan soal berjenjang pada setiap pertemuan.
Hasil dari penilaian tersebut digunakan sebagai bahan refleksi baik bagi
siswa maupun guru. Guru akan memberikan penguatan baik positif maupun negatif
terhadap kelompok asal yang mendapat rata-rata nilai paling banyak maupun
kepada yang belum beruntung karna kesempatan masih ada. Sementara bagi guru
akan sangat bermanfaat dalam menentukan langakah pembelajaran selanjutnya agar
pembelajaran menjadi lebih efektif dari setiap pertemuan dan siklus. Untuk
mempermudah menggolongkan keberhasilan belajar kelompok maka berikut ini
disajikan kreteria keberhasilan kelompok.
Tabel 2. Contoh Model
Pensekoran
NAMA SISWA
|
SKOR AWAL
|
SKOR TEST
|
SELISIH
|
SKOR
PERKEMBANGAN |
AA
|
20
|
100
|
80
|
40
|
BB
|
60
|
70
|
10
|
20
|
CC
|
50
|
100
|
50
|
40
|
DD
|
20
|
60
|
40
|
30
|
EE
|
70
|
60
|
-10
|
10
|
JUMLAH
|
140
|
|||
RATA
|
28
|
|||
KATAGORI
|
Tim super
|
6. Pengakuan kelompok
Berdasarkan data skor
tersebut selanjutnya dirata-ratakan untuk mendapatkan skor individu dan skor
kelompok. Pengakuan kepada kelompok diberikan berdasarkan katagori :
Tabel 3. Katagori
Pengakuan Kelompok
RATA-RATA TIM
|
PREDIKAT
|
0 ≤ x≤ 5
|
|
5 ≤ x≤ 15
|
Tim baik
|
15 ≤ x≤ 25
|
Tim hebat
|
25 ≤ x≤ 30
|
Tim super
|
Sumber : Raturmanan, 2002 dalam Trianto, 2009
Diposkan oleh Teacher
Creative Corner di Kamis, April 05, 2012
Date: Kamis, 05 April
2012
Analisis Kritis Artikel
- Bibliografi Penulis Raturmanan, 2002 dalam Trianto, 2009 (online). http://baliteacher.blogspot.com/2010/09/pendidikan-download.html, diakses pada tanggal 10 November 2012
- Tujuan Penulis
·
Memberikan informasi tentang pengertian model pembelajaran Jigsaw
·
Memberikan informasi
langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw
- Fakta Unik dalam bacaan
ü Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi
antara media, sumber belajar dan siswa meningkat.
ü Model pembelajaran tersebut membuat setiap
komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif.
- Pertanyaan yang muncul setelah membaca artikel
Ø Apakah model pembelajaran jigsaw cocok untuk
semua mata pelajaran?
Ø Bagaimana dengan siswa yang kurang bisa
menjelaskan?
- Konsep yang terdapat dalam artikel ini :
Model pembelajaran jigsaw
ini di pusatkan pada siswa yaitu siswa di tuntut untuk aktif, dengan dibagi
menjadi kelompok, dan mendiskusikan materi dengan kelompok ahli akan membantu
siswa dalam lebih memahami materi yang di bebankan pada siswa. Setelah siswa
berdiskusi dengan kelompok ahli siswa harus kembali ke kelompok asal dengan
anggota kelompok yang menguasai materi yang berbeda-beda, mereka saling
menjelaskan. Setelah pejelasan selesai guru menyuruh kelompok lain untuk
memberikan pertayaan untuk menguji pemahaman. Setelah itu guru akan mengadakan
kuis sebagai evaluasi.
- Hal menarik yang saya peroleh dari membaca artikel ini :
v Siswa mempunyai rasa tanggung jawab antar
anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan
bersama.
v Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi
antara media, sumber belajar dan siswa meningkat.
- Tanggapan saya terhadap artikel ini : Saya setuju dengan artikel ini karena model pembelajran Jigsaw sesuai dengan kurikulum pendidikan di Indonesia saat ini, yaitu yang berpusat pada siswa, jadi siswa yang di tuntut untuk aktif. Model pembelajaran tersebut membuat setiap komponen pembelajaran berkolaborasi secara interaktif. Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan siswa meningkat. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab permasalahan yang diberikan guru. Akan tetapi tujuan utama dari pembelajaran jigsaw ini mempererat kekompakkan kelompok, sehingga mengurangi ke individuan siswa. Sehingga kalau model pembelajaran ini diterapkan siswa tidak hanya pandai dalam individu akan tetapi siswa juga akan pandai dalam bekerjasama. Dalam penerapan di sekolah sebaikknya guru jangan terlalu sering menggunakannya akan tetapi memvariasi model pembelajaran, kadang-kadang menggunakan jigsaw, kadang-kadang klasikal dan sebagainya. Jika model kooperatif jigsaw ini diterapkan sehari-hari maka pelajaran yang seharusnya selesai satu semester tidak selesai.Keuntungan Pembelajaran Kooperatif JigsawMenurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur (2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika dengan menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut:
- Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika. Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.
- Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.
- Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.
- Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
- Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2) tanggung jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin, 1995).
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Beberapa hal yang mengkin bisa menjadi 'pengganjal' aplikasi metode
ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy
Killen, 1996) adalah:
- Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah "peer teaching", pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi "missconception".
- Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik harus mempu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.
- Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
- Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
- Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model "team teaching". Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Model pembelajaran ini pernah di terapkan di
SMAN 1 Sukodadi Lamongan pada pelajaran ekonomi. Pada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar